Laporan terbaru dari firma analisis pasar mengungkapkan bahwa pengiriman komputer pribadi (PC) global mengalami pertumbuhan sebesar 6% pada kuartal pertama (Q1) tahun 2025. Kenaikan ini menandai pemulihan signifikan setelah beberapa tahun stagnasi akibat pandemi dan kelangkaan komponen elektronik. Peningkatan tersebut didorong oleh permintaan tinggi dari sektor korporat, adopsi teknologi terkini, serta kebutuhan akan perangkat pendukung hybrid work.

Menurut data yang dirilis oleh International Data Corporation (IDC), total pengiriman PC global mencapai 60,6 juta unit di Q1 2025. Lonjakan ini tidak lepas dari kebijakan perusahaan yang mulai mengganti perangkat usang dengan model lebih baru, terutama yang mendukung kecerdasan buatan (AI) dan efisiensi energi. Selain itu, permintaan dari pasar pendidikan dan konsumen rumahan turut berkontribusi, seiring tren pembelajaran digital dan hiburan berbasis PC.

Lenovo kembali memimpin pasar dengan pangsa 23%, diikuti HP Inc. (20%) dan Dell (17%). Ketiganya mencatat pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 7%, 5%, dan 4%. Sementara itu, vendor seperti Apple dan Acer juga menunjukkan performa kuat berkat inovasi desain dan peningkatan fitur produktivitas. Pasar Asia-Pasifik, khususnya India dan Indonesia, menjadi penyumbang utama pertumbuhan karena digitalisasi masif di sektor UMKM dan pemerintahan.

Faktor kunci di balik tren positif ini adalah stabilisasi pasokan chip global setelah krisis 2021-2023, serta harga komponen yang semakin kompetitif. Analis juga mencatat bahwa PC berbasis Windows 11 dan ARM architecture semakin diminati karena kecepatan dan daya tahan baterai yang lebih baik. Tidak hanya itu, kebutuhan akan perangkat pendukung generative AI turut mendorong pembaruan infrastruktur TI di berbagai perusahaan.

Meski optimis, para ahli mengingatkan bahwa pertumbuhan pasar PC ke depan mungkin menghadapi tantangan, seperti persaingan ketat dengan perangkat tablet dan smartphone high-end. Namun, dengan inovasi berkelanjutan dalam bidang AI dan komputasi awan, PC diprediksi tetap menjadi tulang punggung transformasi digital di era pascapandemi.