Fakta World App, Scan Retina Mata ditukar demi Penghasilan tambahan

May 7, 2025 - 10:09
 0  3

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi Uang

Viral di media sosial sampai dibekukan oleh Komdigi

Intinya Sih...

  • World App menawarkan insentif hingga Rp800 ribu untuk pemindaian iris mata, namun menuai kekhawatiran privasi dan keamanan data pribadi.
  • Ekosistem World terdiri dari World ID, World App, World Coin, dan World Chain yang bertujuan untuk memfasilitasi identifikasi digital dan transaksi kripto.
  • Komdigi membekukan layanan World Coin dan World ID di Indonesia karena perusahaan tidak terdaftar secara sah dan melanggar regulasi yang berlaku.
Disclaimer : Ringkasan ini dibuat menggunakan Artificial Intelligence (AI)

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Aplikasi World App tengah menjadi sorotan di media sosial berkat tawaran insentif yang menggiurkan. Kamu bisa mendapatkan insentif sebesar Rp800 ribu tanpa memandang siapa pun atau status ekonomi manapun. Syaratnya hanya satu yaitu bersedia melakukan scan retina mata. Fenomena ini sontak memicu animo masyarakat, yang mana mereka rela mengantre panjang demi mendapatkan uang melalui cara yang dinilai mudah dan instan. 

Namun di balik tawaran tersebut, tersimpan sederet kekhawatiran yang mungkin luput dari perhatian publik. Iris mata yang dijadikan syarat untuk mendapatkan uang dianggap tidak sebanding dengan risiko jangka panjang terhadap privasi. Bayangkan, identitas biologis seperti iris mata yang kamu punya satu-satunya, harus rela diserahkan begitu saja.

Kontroversi semakin mencuat setelah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) untuk layanan World Coin dan World ID, dua entitas yang berafiliasi langsung dengan World App. Langkah ini diambil sebagai upaya preventif guna melindungi masyarakat dari potensi ancaman terhadap keamanan data pribadi. 

Lantas, apa saja fakta menarik di balik World App yang tengah ramai diperbincangkan ini? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Iming-iming menggiurkan harus bertarung melawan risiko data pribadi

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi Uangilustrasi pemindaian iris mata (freepik.com/freepik)

World App merupakan bagian dari ekosistem layanan yang disediakan oleh World, yang mencakup empat elemen utama, yaitu World ID, World App, World Coin, dan World Chain. Sebagai aplikasi inti dalam ekosistem ini, World App berperan sebagai penyimpanan utama untuk World ID, sistem identifikasi digital pengguna.

Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan identitas digital, World App juga memungkinkan penggunanya untuk mengelola aset digital seperti mata uang kripto, termasuk World Coin. Aplikasi ini juga memberi akses ke berbagai aplikasi mini dalam ekosistem World, memperluas fungsi dan kegunaannya bagi pengguna.

Menurut penjelasan di situs resminya, World ID diciptakan untuk "membuktikan secara aman dan anonim bahwa Anda adalah manusia di dunia maya." Sistem ini dihadirkan sebagai solusi untuk membedakan interaksi manusia asli dengan bot di era kecerdasan buatan yang semakin berkembang. World ID memfasilitasi verifikasi online yang mudah dan aman, serta memastikan pengguna adalah manusia asli, bukan bot. Sistem ini memungkinkan verifikasi anonim untuk berbagai kegiatan online, seperti voting atau pembelian tiket konser.

Namun, di balik iming-iming menggiurkan, terselip risiko pelanggaran data pribadi. Salah satu masalah utama yang muncul adalah penggunaan data biometrik, seperti pemindaian iris mata, untuk membuat World ID. Meski pengembang menjamin bahwa data tersebut aman dan anonim, banyak pihak yang khawatir tentang bagaimana data biometrik ini disimpan, dikelola, dan bahkan diperdagangkan oleh pihak ketiga. Ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait privasi, mengingat iris mata adalah identitas biologis yang tidak bisa diganti.

Baca Juga: Fakta Qwen3, Model AI Terbaru Alibaba yang Saingi OpenAI  

2. Bola berteknologi tinggi yaitu Orb akan mengambil gambar termasuk detail iris mata pengguna

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi UangBola berteknologi tinggi yaitu Orb akan mengambil gambar beresolusi tinggi termasuk detail iris mata pengguna (toolsforhumanity.com)

Sistem verifikasi milik World mengandalkan perangkat bernama Orb, sebuah bola canggih yang dilengkapi kamera dan sensor mutakhir. Perangkat ini tidak hanya memindai iris mata pengguna, tetapi juga mengambil gambar resolusi tinggi dari tubuh, wajah, dan mata, termasuk detail iris mata yang unik dan sangat spesifik. Lebih lanjut, perusahaan melakukan deteksi radar doppler tanpa kontak untuk mengukur detak jantung, pernapasan, dan tanda vital lainnya, sesuai pada formulir persetujuan data. Pengumpulan data biometrik yang sangat mendalam ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait privasi dan keamanan data pengguna.

Data biometrik yang terkumpul digunakan untuk menghasilkan "IrisHash," sebuah kode unik yang disimpan secara lokal di dalam Orb. World mengklaim bahwa kode ini tidak dibagikan ke pihak lain dan hanya digunakan untuk memverifikasi apakah IrisHash tersebut sudah terdaftar dalam database Worldcoin melalui metode kriptografi yang dikenal sebagai bukti tanpa pengetahuan (zero-knowledge proof). Jika algoritma tidak menemukan kecocokan, pengguna dianggap lulus verifikasi dan dapat melanjutkan pendaftaran menggunakan alamat email, nomor telepon, atau kode QR untuk mengakses dompet Worldcoin. World juga menegaskan bahwa informasi biometrik tetap disimpan di Orb dan akan dihapus setelah diunggah, begitu perusahaan selesai melatih jaringan neural AI mereka.

3. World Coin diklaim secara gratis oleh setiap individu yang telah terverifikasi melalui proses pemindaian retina mata melalui Orb

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi UangLogo Worldcoin (commons.wikimedia.org/Worldcoin Foundation)

World Coin adalah mata uang kripto yang merupakan bagian dari ekosistem World, yang dapat digunakan dalam jaringan World Chain. Menariknya, setiap individu yang terverifikasi melalui pemindaian retina menggunakan perangkat Orb bisa mendapatkan World Coin secara gratis, asalkan sesuai hukum yang berlaku di masing-masing wilayah.

Mata uang kripto ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam ekosistem World, termasuk untuk membayar biaya transaksi (transaction fee) di World Chain. Selain itu, World Coin juga dapat digunakan sebagai mata uang virtual dalam game dan aplikasi yang terintegrasi dalam ekosistem ini.

World Chain merupakan blockchain yang diklaim khusus dibuat untuk "manusia asli," bersifat permissionless (tanpa izin), open source, dan dirancang untuk mendukung tata kelola berbasis komunitas sehingga memberikan kendali lebih kepada penggunanya.

Beberapa fitur utama dari World Chain mencakup biaya gas gratis untuk pengguna yang terverifikasi, distribusi World Coin untuk seluruh pengguna World App melalui aplikasi mini, transaksi kripto yang lebih sederhana, dan perlindungan terhadap serangan Sybil melalui World ID. Fitur-fitur ini bertujuan untuk menjadikan blockchain lebih mudah diakses dan bermanfaat bagi masyarakat umum.

4. Komdigi mengambil langkah preventif setelah aplikasi World App viral di Bekasi dan Depok

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi UangLogo baru Kemkomdigi (sebelumnya Kemkominfo) (golkarpedia.com)

Tawaran uang tunai yang menggiurkan memicu antrean panjang ratusan orang yang rela memindai iris mata mereka menggunakan alat khusus bernama Orb. Antrean yang berlangsung dari pagi hingga malam di kantor World App di Jalan Juanda dan Jalan Siliwangi, Rawalumbu, Bekasi, hampir tidak pernah sepi selama dua bulan terakhir. Fenomena ini menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, pengemudi ojek online, buruh harian, hingga pelajar yang menunggu giliran demi memperoleh uang hanya menukar data biometrik berupa iris mata mereka.

Kontroversi terkait World App semakin memanas setelah kabar viral di media sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan ini membayar Rp800.000 kepada siapa saja yang bersedia merekam data retina mereka di Bekasi. Kabar tersebut lantas menarik perhatian pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

Menanggapi hal tersebut, Komdigi langsung mengambil langkah tegas yakni membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) untuk layanan World Coin dan World ID. Langkah ini diambil sebagai upaya pencegahan terhadap potensi risiko yang dapat mengancam keamanan data pribadi masyarakat. Penelusuran awal yang dilakukan Komdigi menemukan bahwa PT Terang Bulan Abadi, perusahaan yang diduga mengoperasikan World App di Indonesia, belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) sesuai regulasi yang berlaku.

Yang lebih mencurigakan, meski Worldcoin tercatat memiliki TDPSE, dokumen tersebut ternyata terdaftar atas nama PT Sandina Abadi Nusantara, bukan PT Terang Bulan Abadi. Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, menegaskan bahwa ketidakpatuhan terhadap kewajiban pendaftaran dan penggunaan identitas badan hukum yang tidak sesuai adalah pelanggaran serius.

Keadaan ini jelas bertentangan dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, serta Peraturan Menteri Kominfo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, yang mengharuskan setiap penyedia layanan digital terdaftar secara sah dan bertanggung jawab atas operasional layanan mereka di hadapan publik.

Komdigi pun menegaskan komitmennya untuk mengawasi ekosistem digital secara adil dan tegas demi menjamin keamanan ruang digital nasional. Dalam hal ini, peran serta aktif masyarakat sangat diperlukan.

“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga ruang digital yang aman dan terpercaya bagi seluruh warga negara. Komdigi juga mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap layanan digital yang tidak sah, serta segera melaporkan dugaan pelanggaran melalui kanal resmi pengaduan publik,” ujar Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, dalam siaran pers yang dirilis melalui situs resmi Komdigi pada 4 Mei 2025.

5. Tools for Humanity (TFH) menanggapi pembekuan layanan aplikasi tersebut

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi UangTools for Humanity (TFH) (facebook.com/ToolsForHumanity)

Tools for Humanity (TFH), startup pengembang World, merespons pembekuan operasional mereka dengan menyatakan bahwa pihaknya secara sukarela menghentikan sementara layanan verifikasi di Indonesia. Mereka juga berencana menjalin komunikasi lebih lanjut bersama pemerintah terkait izin operasional yang diperlukan.

Dalam keterangannya, yang dilansir CNN Indonesia pada 6 Mei 2025, TFH mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan pembicaraan mendalam dengan pemerintah Indonesia sehingga memastikan kepatuhan terhadap seluruh regulasi yang berlaku, serta berkomitmen untuk melakukan sosialisasi kepada publik melalui konferensi pers, acara tatap muka, dan kampanye edukasi sebelum meluncurkan layanan di Indonesia.

TFH menekankan bahwa teknologi verifikasi mereka dirancang untuk mengatasi tantangan seperti misinformasi, disinformasi, pencurian identitas, dan penyalahgunaan teknologi deepfake. Meskipun demikian, perusahaan ini memastikan bahwa proses verifikasi yang dilakukan tidak menyimpan data pribadi pengguna.

Namun, mereka juga mengakui bahwa penerimaan terhadap teknologi baru seperti ini cenderung menimbulkan skeptisisme dan kekhawatiran. Situasi ini mirip seperti tantangan yang dihadapi saat teknologi smartphone, mobil, atau komputer saat pertama kali diperkenalkan. Awalnya sempat diragukan, namun pada akhirnya terbukti memberikan manfaat besar bagi masyarakat.

6. Sangat disayangkan, sekecil iris mata saja bisa berdampak ke kebocoran data

Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi Uangilustrasi teknologi lensa optik (freepik.com/rawpixel.com)

Kehadiran World App dan teknologi pemindaian iris mata yang digunakannya menimbulkan kekhawatiran terkait privasi dan keamanan data pribadi. Pasalnya, data biometrik seperti iris bersifat unik dan tidak dapat diubah, sehingga jika bocor atau disalahgunakan, dampaknya bisa bertahan seumur hidup bagi pemiliknya.

Pihak World mengklaim bahwa data biometrik hanya disimpan secara lokal di perangkat pemindai bernama Orb, lalu dihapus setelah digunakan. Namun, klaim ini belum terbukti melalui audit independen. Penggunaan data untuk melatih kecerdasan buatan (AI) juga menimbulkan pertanyaan penting mengenai bagaimana data digunakan dan siapa yang memiliki akses terhadapnya.

Lebih lanjut, proses pemindaian di Orb tidak hanya mencakup iris, tetapi juga mengambil gambar resolusi tinggi dari wajah, tubuh, serta bahkan mendeteksi detak jantung melalui radar doppler. Praktik yang dianggap invasif ini melampaui kebutuhan dasar untuk membuktikan bahwa seseorang adalah manusia asli, dan memperbesar potensi penyalahgunaan data.

Iris mata yang kamu miliki satu-satunya adalah identitas biologis yang tidak bisa diganti seperti kata sandi atau nomor telepon. Sekali dibagikan, kontrol atasnya bisa hilang selamanya. Maka dari itu, sebelum menyerahkan data biometrik hanya demi iming-iming uang atau aset digital, penting untuk bertanya pada diri sendiri. Apakah risikonya sepadan dengan dampak yang ditimbulkan?

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, masyarakat Indonesia perlu menjadi pengguna yang cerdas. Tidak hanya tahu cara memakai, tetapi juga paham hak dan batasannya. Menjaga data pribadi bukan hanya soal keamanan, tapi juga soal martabat dan kedaulatan atas tubuh kita sendiri. Tak terkecuali, iris mata yang tidak bisa tergantikan oleh apapun.




Artikel ini telah tayang di Idntimes.com dengan judul "Segudang Fakta World App, Menukar Scan Retina Mata demi Uang".

Klik untuk baca: https://www.idntimes.com/tech/trend/reyvan-maulid/world-app-c1c2.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0
hafid Designer